Jumat, 03 Maret 2017

My Best Fans (Episode 1 Scene 6)


Kacau

Di Bandara sudah banyak fans base Jerry berkumpul di depan pintu kedatangan Intetnational Bandara Soekarno Hatta. Ada yang datang sejak pagi buta. Bawa poster, kalung dan bermacam oleh-oleh dengan maksud memberikan hadiah pada idola.

Tak terkecuali Luna. Ia pun sudah mempersiapkan sesuatu yang masih ia simpan rapat dalam tas. Ia ragu apakah harus memberikan kepada Jerry. Tangannya sering ia masukkan dalam satu-satunya tas selempang yang ia punya. Ia meraba setumpuk paper yang ia jilid asal-asalan semalam. Tapi? Apa mungkin si Jerry mau membaca cerita konyol karangannya?

Penggemar mulai histeris saat terlihat dari kaca Jerry mulai melangkah keluar. Desak-desakan pun terjadi. Meskipun kali ini jumlah penggemar yang menyambut kedatangannya masih kalah jauh dibanding saat ia konser bersama F4. Lawatan kali ini hanyalah bagian dari kegiatan sosial yang hanya diketahui oleh fans fanatik tak lebih dari 50 orang. Beritanya tidak seheboh saat pertama kali datang. Sehingga pengawalan tak begitu ketat, hanya police line dan sedikit personil bodyguard.

Rita begitu gesit mengajak Luna menerobos hingga sampai line depan. Dia memang mempunyai misi setidaknya bisa bersalaman dengan idolanya.

"Jerry, jerry, jerry, jerry." Teriakan penggemar menggaggil nama Jerry disusul jeritan heboh saat Jerry sudah diluar pintu.

Jerry tersenyum dan melambaikan tangan. Penggemar semakin heboh dan banyak mengulurkan tangan berharap disambut oleh Jerry.

"Oh Jerry, wo aini." Jerit Rita yang samar terdengar di telinga Luna karena semua penggemar pada berteriak.

Beberapa kali Jerry menyambut uluran tangan dan hadiah-hadiah dari penggemar yang dapat ia jangkau. Termasuk tangan Rita. Sampai ia berharap waktu bisa berhenti membiarkan tangannya di genggam terus sama Jerry.

"Oh Tuhan, seperti malaikat, Luna." berkali-kali Rita sibuk menepuk pipinya agar ia tersadar jika dia sedang bermimpi bertemu Jerry.

Luna tidak menghiraukan, tangannya terjebak dalam lubang tas yang sempit. Kenapa di waktu genting saat Jerry sudah sesenti didepan kertas papernya tidak mau keluar. Ia mencoba menarik paksa membuat dia hilang keseimbangan akibat terdorong dari belakang.

Bruk. Luna jatuh.

Seketika personil bodyguard siap siaga di depan dan samping jerry membentuk pagar betis mengamankannya sampai mobil penjeputan.

"Lun, loe gak papa kan?"

"Untung gue gak keinjek."

Luna berhasil ditolong seorang bodyguard yang langsung mengangkatnya dari belakang. "Lain kali hati-hati non." cuma ucapan itu yang mampu didengarnya di tengah keriuhan.

"Eh iya gue langsung balik ya. Tiba-tiba ada telepon dari Bos gue. Ada tamu dadakan mau meeting di tempat kita. Gue disuruh masuk lebih cepat."

"Oh ya udah deh, gue bareng anak-anak aja naksinya. Loe hati-hati ya. Jangan meleng biar ga jatuh lagi."

Luna ngacir sembari mengangkat jempolnya tinggi-tinggi.👍

Senin, 27 Februari 2017

My Best Fan (Episode 1 Scene 5)


Hampir Terbongkar

Di dunia maya, Luna menyembunyikan identitas dirinya sebagai Alstar. Ia memang orang yang pemalu. Ia tak bisa bicara di depan banyak orang sehingga ia lebih memilih menuangkannya dalam sebuah tulisan.

Tulisan-tulisan Luna banyak tersebar di media maya dalam sebuah blog. Yang paling fenomenal adalah blog cerita tentang kelanjutan sekuel Drama Meteor Garden.

Sejak dua bulan yang lalu, Luna mencoba mengobati kerinduan penggemar F4 dengan mencoba menuliskan ide cerita Meteor Garden 3 sesuai imaginasinya.

Fans F4 yang tersebar di seluruh Asia sangat menunggu setiap tulisan yang akan diunggah Luna. Tak sedikit pula fans F4 dari luar negara yang turut menterjemahkan dalam bahasa mandarin, tagalog, jepang dan korea. Rata-rata semua tersentuh karena kerinduan akan idola mereka yang kini jarang tampil di layar kaca secara bersama.

Alstar menjadi sosok idola baru dalam dunia maya. Banyak orang yang penasaran siapa sosok Alstar sebenarnya.

"Dari bahasanya si Al masih ABG banget. Cewek kampus ya Al?" Tanya salah satu akun dalam kolom komentar dengan nick name, Jeni F4 Forever.

"Kalau ABG mana mungkin si Al ngefans banget sama F4. Secara F4 itu generasi 70an," timpal akun Airin For Jerry

"Masak dia emak-emak????" sambung akun lainnya.

"OMG, gue ngebayangin si Al pakai daster sambil nyapu, ngepel dan gendong anaknya."

Luna tidak bisa untuk tidak menahan ketawa saat perjalanan menuju bandara menaiki taksi bersama Rita.

"Loe ngetawain apa Lun? Seru bener."

"Ni loh anak-anak fans base komentarnya lucu-lucu di akun diakun si Alstar."

"Eh lu ngikutin dia juga?"

Ups, Luna cuma memicingkan kedua matanya ke atas dahi, "ya gitu deh."

"Gue penasaran, siapa sih sebenarnya si Al itu? Cerita-ceritanya ngena banget. Secara gue berharap MG3 dilanjutkan, kangen F4 main bareng lagi."

"Tapi nggak mungkin deh Rit, itu sekedar imajinasi dia sebagai penggemar."

"Gue suka alur ceritanya. Jika MG 1 dan 2 pake kalung dan cincin. Di MG 3, Al mencoba menuangkan meteor dalam sebuah gaun pernikahan Daomingsi buat si Sanchai.

"Unik gitu ceritanya."

"Tapi sayang, udah dua minggu gak update, gak dilanjutin lagi sama si Al."

"Katanya sih, udah ada PH yang nawarin cerita dia buat difilmkan dalam bentuk cerita lain. Tapi dia gak mau. Karena cerita tersebut hanya untuk idola saja."

"Oh benarkah?"

Luna cuma mengangguk.

"Kali ini si Al dateng gak ya buat nyambut Jerry Yan?"

"Pastilah, dia kan juga bagian dari F4."

"Kok loe tahu banget?"

"kan follower setia."

Dalam hati Luna berguman lirih, baichi (bodoh)... Baichi....sambil menepuk nepuk dahinya.

"Kenapa Lun?"

"Pusing kepala gue. Masih ngantuk." Sambil pura-pura mengambil posisi tidur yang pas. Sementara Rita masih sibuk dengan dandanannya.

My Best Fans: Episode 1 Scene 4

Ilustrasi

Harapan Mama

Di dalam pesawat

Pesawat Garuda Bussines class berisi tak lebih dari 10 orang penumpang. Rata-rata mereka adalah kalangan borjuis yang tak memperdulikan urusan masing-masing orang. Meskipun ada artis sekaliber Jerry Yan, tak ada insiden minta foto atau tanda tangan. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Jerry masih teringat dengan perkataan mamanya. Bayangan percakapan dengan sang mama menyelimuti benaknya selama perjalanan 5 jam di udara.

"Bahagiakan dirimu nak, mama sudah cukup kau bahagiakan."

Jerry mencoba menerka maksud mama. Akhir 2 ini wanita berumur 70 tahun tersebut kesehatannya kian menurun. Ia lebih sering berpindah menggunakan kursi roda dengan seorang asisten khusus yang disiapkan oleh Jerry.

Mama tinggal sendiri di Taoyuan City. Pernah Jerry menawari untuk pindah ke Taipei tinggal bersamanya di Apartement. Mama menolak. Sehingga sesibuk apapun Jerry akan meluangkan waktu setidaknya seminggu sekali pulang ke Taoyuan menjenguk sang Mama.

"kau boleh pergi." Intruksinya kepada wanita penjaga mama.

Meskipun lelah seharian syuting, Jerry ingin lebih dekat dengan Mama yang sudah berusia tua. Ia sebenarnya tak ingin kehilangan banyak waktu dengan Mama.

"Ma jangan banyak berpikirlah, selama aku bisa melihat mama sehat, aku sangat bahagia."

Jerry tahu arah pembicaraan malam itu. Mama mengkhawatirkan Jerry, di usianya ke 40 th masih belum ada rencana pernikahan

"Ma, mana giokmu?" Jerry panik saat mendapati tangan Mama hampa tanpa giok yang ia belikan dengan harga fantastis.

"Xu." Panggil Mama seraya meraih tangan Jerry.

"Sebentar Ma, aku akan mencarinya di kamar mandi. Kau pasti lupa menaruhnya." Sergah Jerry sembari melepas tangan Mama.

"Tidak, Xu."

"Ma, giok itu penting. Ia akan membuatmu panjang umur. Aku mau mama sehat terus, aku mama bahagia."

"Lalu, kapan kau akan membahagiakan dirimu?"

Jerry tercenung. Ia terdiam memunggungi mama

"Lihatlah dirimu, kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu, sampai kau lupa menjalin kasih."

Pelan ia membalikkan badan menghampiri mama lagi. Dengan penuh kasih Jerry menggenggam erat jemari Mama seraya berkata lirih, "Xu Janji akan mengenalkannya pada Mama jika sudah waktunya tiba."

Mama tersenyum dan mencium kening Jerry. Sejurus kemudian tangannya meraih laci yang langsung disusul Jerry untuk membantunya membuka. Disanalah giok mama berada. Jerry mengambilnya dan memakaikan di lengan mama.

"Mama tidurlah, besok Jerry mau ke Indonesia. Mama mau oleh-oleh apa?"

"Dapetin calon menantu buat Mama.

"Maa....."

Jerry mencoba rileks sembari mencerna obrolan dengan mama semalam. Ia menyandarkan kepala kebelakang disertai dengusan.

"Apa kau perlu minun?" tanya Manajer Wang yang sejak tadi memperhatikan Jerry.

Nanti saja Wang, aku ingin istirahat sejenak.

"tidurlah, masih ada waktu 3 jam."

Tai Wang, manajer kepercayaan Jerry Yan menatap penuh simpati kepada Jerry yang terlihat dipenuhi beban pikiran. Ia tahu artis kesayangannya itu sangat mencintai mama. Sampai ia gagal menikah dengan mantan pacar sebelumnya, ia tahu semua karena kebahagiaan sang mama, "Mamamu akan baik-baik saja di rumah."

"Terimakasih."

My Best Fans (Episode 1 Scene 3)

Illustrasi
Berlebihan

Di kamar Luna

Luna sudah lebih segar, tapi ia keluar kamar mandi dengan tatapan aneh kepada Rita yang tak lepas dari cermin. Sesekali Rita mengusap rambut, sesekali ia menepuk-nepuk pipinya dengan hasrat merapikan make up.

Bisa dibilang Luna tadi masih setengah sadar tidak memperhatikan sosok sahabatnya yang berpenampilan aneh hari ini. Ia lebih cocok dikatakan menghadiri kondangan daripada jumpa fans dengan salah satu anggota F4 yang akan datang ke Jakarta.

"Kenapa natap gue begitu? Gue Cantik kan?"

Luna tersenyum sembari mengacungkan jempolnya kemudian diputar ke bawah. Persis seperti sikap Huaze Lei di  Drama Meteor Garden.

"Yanhong(眼红=iri), Loe!"

"Loe seperti mau kondangan tau gak.'

"New Collection tauk! Susah payah gue nabung buat beli ini baju. Nih masih belom gue lepas hand tagnya."

Luna melihat hand tag price yang masih menggantung di leher belakang baju Rita.

"Ha! Satu juta lima ratus?"

"Ya gitu deh, setengah gaji gue sebulan."

"Loe nggak sayang apa Rit, mending duit buat ibu loe berobat." Sembari melepaskan pilitan handuk pada rambutnya dan mengusap-usap untuk mengeringkan, Luna sekadar mencoba mengingatkan Rita bahwa kesehatan ibunya lebih penting.

"Tenang, ntar bisa gue jual lagi bajunya. Makanya hand tag ga gue lepas biar masih dapat harga tinggi pas dijual lagi."

"Huang Tang (荒唐=konyol)!"

"Apa loe bilang? Hmm... Katanya, loe masih orang Indonesia kok bolak balik ngikutin gue ngomong mandarin."

"Ya.. Yaa.." Luna mencari alasan yang tepat.

"Jangan-jangan loe ngikutin keinginan gue biar bisa jadi istri orang Taipan?"

"Mustahil."

Hmmm....

My Best Fans (Episode 1 Scene 2)

Ilustrasi

Menyamar

Bandara International Shanghai

Berbalut kaos hitam belel lengan panjang yang disingsingkan hingga siku, pemilik nama beken Jerry Yan mencoba mengelabui penggemarnya di Bandara Shanghai International dengan memakai topi rajut hingga menutupi telinga dan rambut belakangnya. Ia tak ingin penyamarannya terlihat berlebihan, ia memilih kacamata nerd agar lebih natural.

Meskipun di Shanghai cuma transit beberap jam, Jerry tak mau membuat kehebohan bagi pengunjung yang meminta foto ataupun tanda tangan. Ia cukup duduk di Lounge, menunggu penerbangan selanjutnya yang akan membawanya terbang ke Jakarta Indonesia.

Namun ternyata hal tersebut tidak mudah bagi Jerry Yan, masih ada saja yang menepuk bahunya dari belakang. Ia memang sengaja pergi ke Jakarta hanya bersama managernya untuk urusan organisasi sosial dunia.

Sejenak ia ragu untuk menoleh, sebelum terdengar suara dari si penepuk bahu, "Can you help me to take a photo?" yang ternyata orang asing sembari mengulurkan kamera poket ke Jerry Yan.

Jerry memberikan kode mata kepada managernya yang hendak melarang orang asing tersebut untuk tidak mengganggu dia.

"With my pleasure," sembari tersenyum kepada sang manager bahwa penyamarannya kali ini berhasil.

Sementara di pintu masuk bandara ratusan penggemarnya berkumpul membawa pernak pernik poster sembari meneriakkan nama Jerry penuh harap akan disapa oleh artis pujaan mereka.

My Best Fans (Episode 1 Scene 1)

Ilustrasi

Keributan Pagi


Episode 1 Scene 1

Berkali-kali bunyi telepon berdering dari kamar Luna. Pemilik dering telepon masih tertelungkup dalam kain tebal bed cover bercorak bintang meteor, shapes favorite Luna sejak ia mengidolakan Zai-zai, salah satu aktor taiwan dalam film Meteor Garden yang booming saat Luna SMP.

Banyak sekali koleksi hasil buruan merchandise Luna. Mulai dari poster, kaos hingga yang tidak bisa ia tinggalkan adalah mengoleksi semua benda berbentuk bintang.

Wanita 29 tahun yang baru saja tidur pukul 03.00 dini hari tersebut, masih berat untuk membuka matanya. Ia baru menyelesaikan naskah fiksi online yang sudah banyak ditunggu penggemarnya di dunia maya.

Tangannya meraba-raba bawah bantal tempat ia meletakkan ponsel saat ia mau tidur. Belum sempat ia menerima, dering telepon sudah berhenti disusul suara derap langkah sambil berteriak memanggil, Luna.

Luna semakin menutup telingannya, memindahkan kepala dibawah bantal, berharap ia tak terusik dengan suara gaduh diluar kamar. Ia berusaha meraih mimpinya kembali. Meskipun ia tahu hal tersebut sia-sia karena Rita, sahabatnya, sudah berdiri tepat di depan pintu sebelum kemudian bunyi engsel pintu yang didorong dengan keras.

"Dasar pemalas, terang saja kamu mengidolakan Huaze Lei, kalian sama-sama tukang tidur." Ya Huaze Lei adalah tokoh yang diperankan oleh Zai-Zai, aktor yang sempat diidolakan Luna dalam Drama Asia Meteor Garden.

Rita geram, ia terus mengomeli Luna yang tak segera bangun. Namun Luna yang sudah bersahabat 14 tahun seperti sudah terbiasa dengan segala ocehan Rita. Sama sekali tak menggubris. Luna memalingkan tubuhnya seraya menarik selimut hingga menutupi kepala.

"Ya ampun Luna, ayo bangun dong, kita udah terlambat nih!"

Rita berusaha menarik selimut Luna, namun yang terjadi selimut tersebut terjepit tubuh Luna, yang ada malah membuatnya tersungkur dari kasur.

Duk.

"Aw..."

Rita ternganga, ia baru saja melakukan kesalahan di luar kendalinya. "Duibuqi Lun, duibuqi."

Luna masih mengerang kesakitan, sambil mengusap lengannya.

"Gue masih orang Indonesia, belum jadi orang Taiwan tau."

"Iya sorry, tapi loe papa kan?"

"Untung lengan gue yang jatuh duluan, kalau kepala gue bisa amnesia kayak Daomingsi idola Loe itu."

Luna bangkit meraih jam di nakas yang ternyata masih menunjukkan pukul 5 pagi.

"Lo tega banget ya, Lo tau kan gue biasa tidur jam berapa? Gue baru tidur 2 jam! Dan Elu membuat kehebohan kayak gini."

Luna berusaha naik ke tempat tidur namun sengaja dihadang oleh Rita.

"Eits... Lu gak boleh tidur lagi. Sebaiknya kamu cepat mandi, biar gak ngantuk melulu!" Sembari mendorong tubuh Luna ke arah kamar mandi dan menutup pintu tanpa peduli protes yang keluar dari mulut salah satu sahabatnya tersebut.